Komisi VII DPR RI bersama Kementerian Perindustrian dan sejumlah asosiasi industri menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Gedung Nusantara I, Jakarta, Kamis (13/11), untuk membahas kebijakan peningkatan daya saing industri nasional. Agenda tersebut menegaskan pentingnya kebijakan yang berfokus pada peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), kemudahan akses permodalan, serta dukungan promosi bagi produk kerajinan lokal agar industri Indonesia mampu bertahan dan bersaing di pasar global.
Ketua Umum Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (ASEPHI), Muchsin Ridjan, menjelaskan bahwa ASEPHI terus memperkuat ekosistem industri kreatif melalui integrasi ekonomi, pembentukan platform nasional, serta hubungan sinergis antara asosiasi, pemerintah, dan pelaku usaha. ASEPHI juga mendorong penerapan teknologi ramah lingkungan dan pelatihan berbasis digital, sejalan dengan pengembangan konsep green economy yang telah diinisiasi sejak 2023.
ASEPHI yang saat ini memiliki 2.000 anggota menyoroti pentingnya dukungan pemerintah dalam menekan biaya logistik, memperluas akses bahan baku, kemudahan ekspor, serta permodalan yang masih terkendala bunga tinggi. ASEPHI juga mengusulkan peningkatan promosi dan akses pasar luar negeri, serta memperkuat kerja sama riset dengan berbagai institusi terkait.
Salah satu contoh tantangan yang dihadapi pelaku industri saat ini adalah tingginya harga bahan perak di dalam negeri mencapai USD 31 per ons, lebih mahal dibanding harga internasional yang hanya sekitar USD 27. Hal ini menyebabkan nilai jual produk kerajinan perhiasan perak menjadi tinggi dan sejumlah pembeli luar negeri beralih ke negara lain seperti Thailand dan Hong Kong.
ASEPHI juga mengusulkan peningkatan promosi dan akses pasar luar negeri, serta memperkuat kerja sama riset dengan berbagai universitas guna mencari solusi terhadap permasalahan ekspor produk kerajinan Indonesia.
Menanggapi uraian yang disampaikan oleh Ketua Umum ASEPHI, Anggota Komisi VII DPR RI Fraksi PDI Perjuangan yang menjadi Pimpinan RDP, Evita Nursanty, menegaskan perlunya kebijakan yang berfokus pada peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), kemudahan akses permodalan, serta dukungan promosi bagi produk kerajinan lokal agar mampu bersaing di pasar global. DPR menyampaikan bahwa anggaran kementerian tahun 2026 perlu ditingkatkan, mengingat banyak pelaku industri kerajinan yang membutuhkan pelatihan modernisasi teknologi.
Terkait industri handicraft nasional yang masih menghadapi beberapa tantangan tersebut, Evita meminta pemerintah untuk memperkuat kebijakan bagi pelaku industri kerajinan guna memperluas pasar ekspor, serta meningkatkan daya saing produk kerajinan Indonesia di pasar global.
Sementara itu Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka Kementerian Perindustrian, Reni Yanita, terus berupaya mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi sektor industri kecil dan menengah (IKM), mulai dari keterbatasan sumber daya manusia (SDM), teknologi, hingga bahan baku. Menurut Reni, kendala utama IKM adalah keterbatasan akses terhadap bahan baku karena sebagian besar tidak memiliki izin impor sendiri dan harus membeli dari pasar domestik dengan harga yang lebih tinggi dibanding industri besar.
IKM Mendominasi Total Industri Nasional
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian (Kemenperin), jumlah unit usaha IKM mencapai 4,43 juta atau sekitar 99,79% dari total industri nasional yang berjumlah 4,45 juta unit. Sebaliknya, industri besar hanya mencatat 9.528 unit usaha atau 0,21% dari total, menunjukkan dominasi besar sektor IKM dalam jumlah pelaku usaha di Tanah Air. Namun, dominasi tersebut belum sepenuhnya tercermin pada kontribusi ekonomi makro, di mana kontribusi industri pengolahan triwulan III 2025 tercatat sebesar 19,15%, dan industri kecil serta menengah hanya menyumbang sekitar 3,56% dari total PDB nasional.
Meski kontribusinya terhadap PDB masih terbatas, sektor IKM terbukti menjadi penyerap tenaga kerja terbesar di sektor industri nasional. Dari total 19,55 juta pekerja industri, sebanyak 12,81 juta orang atau 65,52% di antaranya bekerja di sektor IKM. Sementara itu, industri besar hanya menyerap sekitar 6,74 juta pekerja atau 34,48%. Dari total tenaga kerja di sektor IKM, industri kecil mendominasi dengan sekitar 11,8 juta pekerja, sedangkan industri menengah mempekerjakan sekitar 1 juta orang.
Agen Togel Terpercaya
Bandar Togel
Sabung Ayam Online
Berita Terkini
Artikel Terbaru
Berita Terbaru
Penerbangan
Berita Politik
Berita Politik
Software
Software Download
Download Aplikasi
Berita Terkini
News
Jasa PBN
Jasa Artikel
Situs berita olahraga khusus sepak bola adalah platform digital yang fokus menyajikan informasi, berita, dan analisis terkait dunia sepak bola. Sering menyajikan liputan mendalam tentang liga-liga utama dunia seperti Liga Inggris, La Liga, Serie A, Bundesliga, dan kompetisi internasional seperti Liga Champions serta Piala Dunia. Anda juga bisa menemukan opini ahli, highlight video, hingga berita terkini mengenai perkembangan dalam sepak bola.
Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.